Saturday, March 15, 2014

Basuki: Jokowi Tidak Serakah

TRIBUNNEWS/HERUDIN


Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo bersama Wakil Gubernur, Basuki Tjahaja Purnama (kiri) saat memimpin rapat dengan kepala satuan kerja perangkat daerah, di Balaikota, Jakarta Pusat, Senin (15/10/2012). Jokowi-Basuki melakukan rapat pertama usai dilantik untuk mengetahui program kerja dan kerja apa yang sudah dilakukan para kepala SKPD DKI Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak sependapat dengan beragam cemooh yang menyebut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai orang serakah dan tidak amanah. Cemooh itu muncul menyusul pernyataan Jokowi, Jumat (14/3/2014), bahwa dia telah mendapat mandat dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri untuk menjadi calon presiden partai itu dan dia menyatakan siap.

Cemooh tersebut merujuk pula catatan bahwa masih ada 3,5 tahun masa jabatan Jokowi sebagai Gubernur DKI. Terlebih lagi, saat maju menjadi Gubernur Ibu Kota, Jokowi pun meninggalkan kursi Wali Kota Surakarta yang masih separuh jalan meski di periode kedua jabatan.

"Yang penting rakyat mengerti, kami pergi bukan karena serakah, tapi karena mengemban tugas," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Jumat. Dia pun bercerita masa-masa menjelang Pemilu Gubernur DKI Jakarta. Menurut dia, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sangat berambisi menjadikan Jokowi sebagai calon gubernur DKI dan bahkan sudah menyiapkan alternatif skenario bila PDI-P, yang adalah partai Jokowi, menolak pencalonan itu.

Namun, kata Basuki, saat itu Jokowi menolak rencana tersebut. Menurut Basuki, Jokowi mengatakan tak akan maju menjadi calon gubernur DKI Jakarta tanpa restu dari PDI-P. "Pak Jokowi selalu percaya, rumah besar nasionalis kaum marhaen yang bisa mewujudkan keadilan sosial itu PDI Perjuangan. Itu yang ada di otaknya Pak Jokowi," ujar dia.

"Jadi, apa pun perintah partai, perintah itu akan mewujudkan keadilan sosial. Jadi, apa pun yang diperintahkan, dia akan siap, termasuk diperintah menjadi calon presiden. Karena (pencalonan) itu untuk kebaikan," imbuh Basuki. Dia pun berpendapat banyak persoalan di Jakarta tak akan selesai bila Jokowi tetap hanya menjadi gubernur DKI.

Basuki lalu membandingkan situasi tersebut dengan yang dia alami. Seperti halnya Jokowi, dia juga sering tak menuntaskan masa jabatan. Misalnya, dia hanya menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur selama tujuh bulan untuk kemudian menjadi Bupati Belitung Timur selama 16 bulan, sebelum menjadi calon gubernur Bangka Belitung, lalu melaju ke Pilkada DKI Jakarta. 

Namun, kata Basuki, warga Belitung Timur tidak pernah keberatan dengan langkah yang dia tempuh itu. Bahkan, ujar dia, warga Belitung Timur mendukung upayanya untuk maju sebagai calon gubernur Bangka Belitung. 

"Ketika saya berhenti jadi bupati untuk jadi calon gubernur (Bangka Belitung), kenapa rakyat mengerti dan mendukung saya? Karena saya harus membuat yang lebih baik untuk Provinsi Bangka Belitung, dan itu tidak bisa saya lakukan jika hanya jadi bupati," kata Basuki.

"Kalau saya terus jadi bupati, saya hanya menipu masyarakat karena saya hanya memperpanjang karier politik saya. (Bisa saja) saya lebih baik terus jadi bupati sampai 10 tahun, lalu dari umur 50-60 jadi gubernur, umur 62 ikut pemilu untuk jadi DPR (yang) kalau terpilih nanti sampai umur 67. Terus kalau sudah malas jalan jadi DPD mungkin sampai umur 72. (Kalau pakai pikiran itu) lebih baik saya mengatur seperti itu saja supaya saya selalu dipelihara negara seumur hidup saya," papar Basuki.

No comments:

Post a Comment

My Blog List